Bab 1982 Menghindari Tanggung Jawab
“Selain itu, aku ingin tahu lebih banyak hubungan antara kamu dan Lorenzo, apa dia sungguh tulus padamu? Apa dia sungguh ingin menikahimu?”
“Seharusnya iya ….” Saat ini Dewi tidak terlalu ingin mendiskusikan masalah ini, “Tapi, ini bukan saatnya untuk mendiskusikan hal ini.
Kalau ada kesempatan, aku berharap bisa menelepon Denny. Dari awal, aku merasa kondisi kesehatan Tania sedikit aneh….”
“Dewi, kamu jangan bodoh.” Bibi Lauren buru-buru memotong kata-katanya, “Orang itu sudah gila, mentalnya juga bermasalah, kamu tidak akan bisa membicarakan sesuatu yang masuk akal dengannya.
Jangan coba-coba menyelamatkan orang yang hatinya sudah bermasalah, itu seperti sakit parah. yang tidak bisa diobati.
Kita harus menerimanya, tidak peduli betapa hebatnya kamu, di dunia ini pasti ada hal yang tidak bisa kamu lakukan, tidak ada orang yang sempurna.”
“Aku mengerti, perkataan Bibi benar….” Dewi menghela napas, “Tapi, kematian Tania selalu terbayang-bayang di pikiranku.”
“Dewi….”
“Sudahlah, Bibi Lauren.” Dewi mengalihkan pembicaraan, “Aku juga hanya asal bicara saja. Aku punya batasan, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku, ada begitu banyak orang yang melindungiku, tidak akan terjadi apa-apa.”
“Baiklah.” Bibi Lauren tahu, tidak ada gunanya mengatakan apa pun lagi, “Kalau begitu, jagalah dirimu, setiap hari harus menelepon untuk memberi kabar.”
“Oke.”
Setelah memutuskan teleponnya, Dewi melihat langit gelap di luar. Dia berpikir, apa malam ini Denny akan datang lagi? Atau, dia akan menggunakan cara lain untuk menghubunginya?
Jika benar, dia tetap ingin bicara baik-baik dengan Denny…
Saat ini, Hana dan Sharon mengetuk pintu dan masuk, memeriksa keadaan, lalu berencana tetap. di dalam kamar seperti kemarin malam, tapi Dewi malah menyuruh mereka keluar.
Meski khawatir, Hana dan Sharon tetap menghormati keinginan Dewi, lalu menunggu di luar dan tidak mengganggunya lagi.
Dewi sengaja mematikan lampu utamanya dan hanya menyisakan lampu dinding, menunggu
Denny menghubunginya.
“Saat Tania tertembak, tidak melukai organ vitalnya. Masalahnya adalah tembakan itu menimbulkan masalah pada jantungnya, ditambah kehilangan banyak darah, jadi ….”
“Jangan mencari alasan untuk menutupi kesalahanmu.” Denny memotong permbicaraannya dengan marah, “Kamu sendiri yang tidak mampu, tidak bisa menyelamatkannya, takut aku balas dendam, maka kamu membuat alasan-alasan ini. Kamu kira aku bisa melepaskanmu begitu saja?”
“Aku hanya ingin menanyakan kondisinya dengan jelas…”
“Kondisi apa? Apa kamu bisa membuat Tania hidup kembali?” Denny sangat marah, “Kalau bukan karena kamu, Tania tidak akan mati!!!”
“Kamu bicara begitu, karena ingin membuat hatimu sendiri lebih lega, ‘kan?” Dewi balik bertanya, “Kalau saja kamu bukan seorang pembunuh, kalau saja kamu hanya seorang ayah biasa, kalau saja tidak ada orang yang mengejar dan ingin membunuhmu, sekarang Tania bisa tumbuh dengan sehat dan gembira….”
“Kamu….”
1
“Kamu melemparkan semua tanggung jawab padaku untuk meringankan rasa bersalahmu.” Kata Dewi dingin. “Masalah ini, pada dasarnya adalah tanggung jawabmu sendiri. Walaupun aku tidak muncul, berapa lama kamu bisa melindungi Tania?”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar