Bab 514
“Kenapa bengong?”
Daniel mencubit pipit Tracy dengan tidak senang. Ia berpikir ketika ia mengungkit hal ini, Tracy seharusnya terharu dan menangis senang, lalu lekas memeluk dan menciumnya dengan mesra.
Namun, ia malah tercengang...
“Tidak apa...” Kesadaran Tracy telah kembali, lalu tersenyum, “Aku hanya merasa kebahagiaan ini terlalu tiba–tiba....”
“Kamu tidak senang?” Daniel mengernyitkan kening memandangnya.
“Tentu saja bukan.” Tracy mengulurkan tangan memeluknya, lalu meletakkan wajahnya di dada Daniel. Ia mendengar detak jantung yang kuat, lalu mendesah, “Beberapa tahun ini, terlalu banyak hal yang kualami. Aku selalu merasa hal baik bukan milikku. Sekarang kebahagiaan datang, aku merasa seperti sedang bermimpi....”
“Bodoh.” Daniel memeluknya, “Ini bukan mimpi!”
“Semoga saja bukan..”
Tracy membenamkan wajahnya ke leher Daniel. Mencium aroma tubuhnya. Akhir akhir ini, ia ingin selalu berdekatan dengannya, seolah merasa jika ia tidak berhati hati, Daniel akan menghilang...
Daniel menggendongnya, membaringkannya di ranjang. Ia sangat menginginkan Tracy, tapi ia takut tubuh Tracy belum sanggup menerimanya.
Jadi, ia memeluknya dengan pelan dan menepuk pundaknya dengan lembut.
“Aku tidur sebentar. Besok bangun pagi, aku buatkan sarapan untuk kalian.”
Tracy bergumam lelah, ia seperti seekor kucing mungil yang lengket, meringkuk patuh di dalam dekapan Daniel. Wajah kecilnya dekat dengan bagian jantung Daniel. Ia merasa nyaman dan hangat, tertidur sambil mendengar detak jantungnya.
Satu tangan Daniel menopang kepalanya, ia berbaring miring berhadapan dengannya, menatapnya dengan tenang.
Dulu, ia tidak suka Tracy yang berisik, sekarang ia tidak berisik, dirinya malah mulai
merasa cemas....
Sejak ia kembali, ia mulai berubah. Ia mulai penuh kekhawatiran, depresi dan bimbang...
Seketika, ia panik. Ia lekas membuka pintu mencarinya. Ia menemukan Tracy yang berpakaian santai dengan celemek di pinggangnya sedang mengantarkan sarapan ke meja makan.
Tiga anak sedang berdiskusi, apakah sarapan yang dibuat mami akan berhasil. Carles sulit bergerak. Ia duduk di atas meja ingin mencicipinya terlebih dahulu.
Carlos menegurnya dengan tegas, “Tidak boleh, harus menunggu Mami dan Paman Daniel, baru boleh mulai makan.”
“Walaupun kita anak kecil, tetap harus punya sopan santun.” Carla berbicara dengan suara gemasnya, lalu menoleh bertanya pada Roxy, “Benar tidak. Roxy?”
“Benar, benar!”
Biasanya Roxy memang paling melindungi Carla. Pokoknya apa pun yang diucapkan Carla, Roxy selalu mengatakan benar.
“Baiklah.” Carles menarik kembali tangannya, tetapi matanya masih terus menatap bakpao babi itu. Air liurnya sudah mau menetes, “Entah kapan Paman Daniel bangun, aku ingin sekali makan.”
“Aku pergi panggil Paman Daniel...”
Carlos bersiap naik ke lantai atas, lalu menyadari Daniel sedang berdiri di koridor memandang mereka. Ia lekas memanggil, “Paman Daniel, cepat turun sarapan.”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar