Bab 1346 Cepat bersujud dan minta maaf kepada bos Angga.
Sebelum para anak buah bos Angga sempat menghampiri Reva, tiba–tiba pintu didorong hingga terbuka lagi.
Sang pangeran berjalan masuk dari luar sambil tersenyum dan merangkul dua orang gadis.
Saat melihat situasi di dalam ruangan ini membuatnya terkejut sejenak.
“Sedang apa ini?”
Sang pangeran bertanya–tanya dengan heran.
Angga menatap sang pangeran dengan jijik, “Siapa kau?”
“Aku beritahu ya, masalah di sini tidak ada hubungannya denganmu.
“Kalau punya otak, cepat keluar.”
“Kalau tidak, biar sekalian aku tangani juga dirimul
Reva langsung menutupi matanya, si Angga ini benar–benar cari mati.
Saat sang pangeran mendengar ucapannya ini, dia juga langsung tertawa.
Dia langsung membawa kedua gadis itu masuk ke ruang VIP tersebut lalu duduk di samping Reva.
“Karena kau sudah mengatakannya maka aku jadi benar–benar tidak mau pergi!”
“Kau mau menanganiku?”
“Oke, aku mau lihat bagaimana cara kau menanganiku!”
Sang pangeran tersenyum simpul.
Angga meraung dengan marah, “Persetan, kalian ini benar–benar belum menyesal kalau belum kena batunya!”
“Dua bocah bau tengik ini juga tidak pergi keluar untuk mencari tahu dulu siapa Angga Darmanto yang ada di ibukota provinsi ini!”
“Berani – beraninya kau menantangku, apa kalian mampu?”
Kedua gadis yang berada di samping pangeran itu langsung melompat dengan ketakutan saat mendengar ucapannya ini.
“Kau… kau adalah bos Angga?”
Ujar seorang gadis.
Angga meliriknya dengan ekspresi bangga dan berkata, “Benar, ini adalah aku!”
Kedua gadis itu saling menatap lalu langsung meninggalkan pangeran secara bersama
–
sama.
Salah satu gadis itu tersenyum dan berkata: “Bos Angga, aku benar–benar mohon maaf.”
“Begini saja, aku akan memberimu kesempatan.”
“Berlututlah di sini dan bersujud seratus kali di depanku maka aku akan menganggap tidak ada masalah ini lagi!”
Kalau tidak….”
Sebelum sang pangeran sempat menyelesaikan ucapannya, Angga sudah mengambil botol anggur dan melemparkannya sambil mengutuk, “Keparat!”
“Kau kira siapa dirimu, berani – beraninya menyuruh aku berlutut dan bersujud kepadamu?”
“Brengsek, meskipun hari ini kalian berdua berlutut dan bersujud kepadaku di sini pun, aku juga tidak akan mengampuni kalian!”
“Hajar mereka!”
Anak buah Angga langsung bergegas dengan ekspresi beringas di wajah mereka.
Kedua gadis itu langsung bangkit berdiri seolah–olah mereka sedang menyaksikan sesuatu yang seru lalu mereka berteriak dengan antusias. Scolah khawatir pertarungan itu tidak akan terjadi.
Reva dan sang pangeran saling menatap lalu mereka juga langsung bangkit berdiri. Sepertinya pertarungan malam ini tidak bisa dihindarkan.
Pada saat ini, tiba–tiba seseorang berjalan masuk dari luar dan orang itu adalah Sarah yang sebelumnya.
Ekspresinya tampak dingin. Dia seolah telah membuat keputusan. Lalu dia menggertakkan giginya dan berkata, “Bos Angga, yang kau inginkan adalah diriku ini. Sekarang aku sudah berada
di sini.”
“Masalah ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Jadi tolong jangan sakiti orang yang tak bersalah!”
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat