Bab 1275 Hewan Besar
Reva mendengus dingin. Orang–orang ini berencana untuk mencelakai mereka dan menyingkirkan mereka setelah tidak ada gunanya lagi.
Karena tidak bisa menjadikan mereka sebagai umpannya sehingga mereka ingin mengusirnya.
Tentu saja sang pangeran tidak senang dan dia langsung memaki si pemuda itu.
Saat melihat kedua orang itu sudah hendak berkelahi tiba–tiba Reva mengambil sebuah batu di tanah, menepuknya.
sebentar lalu melemparkannya ke tengah kolam.
Kebetulan lokasi tempat batu itu dilemparkan berada dekat dengan tempat Gino.
Batu itu langsung terjatuh ke dalam air dengan suara gemericik.
Dan segera setelah itu, dari dalam kolam muncul monster yang sangat besar.
Itu adalah ular merah besar dengan panjangnya sekitar dua kaki dan badannya yang setebal ember.
la terlahir dengan satu tanduk serta dua cakar kecil yang tumbuh dari perutnya.
Seluruh tubuhnya ditutupi dengan sisik merah dan kedua matanya tampak seperti dua buah bola lampu kuning yang memancarkan cahaya yang menakutkan.
Mata sang pangeran membelalak dengan lebar, “Ini… ini naga, yah?!”
Baru sekarang dia mengerti mengapa satu–satunya orang yang bisa kabur dari sini bisa berkata tentang naga.
Ular merah ini benar–benar tampak seperti naga!
Ular merah itu keluar dari dalam kolam air lalu sambil memutar tubuhnya dia membuka mulutnya yang berdarah dan langsung menggigit orang yang berada di sebelahnya.
Si pemuda itu menjerit dengan keras namun dia sama sekali tidak bisa melawannya.
Ular merah itu melemparkannya ke udara lalu membuka mulutnya yang berdarah untuk menangkapnya.
Setelah itu, si ular merah tersebut meregangkan dan mengecilkan lehernya. Ia menelan orang ini begitu saja ke dalam perutnya!
Orang–orang yang berada di sana langsung gemetaran.
Itu adalah orang dewasa yang masih hidup dan ditelan olehnya begitu saja?!
Melihat hal ini membuat Gino hampir muntah darah.
“Siapa yang menyuruhmu melemparkan batu ke sana?”
Gino meraung dengan marah.
Reva tidak memedulikannya. Dia langsung menarik pangeran mundur beberapa langkah.
Kali ini ular merah itu menerjang kembali untuk menerkam beberapa orang dari ibukota yang berada di sekitar sana.
Kedua pria dari ibukota itu mengeluarkan pisau panjang dan hendak membelah ular merah itu.
Ular merah itu juga tidak mengelak. Dia membiarkan mereka menyerangnya.
Pisau panjang itu mengenai sisiknya dan membuat suara dentingan seperti pisau yang bertemu dengan baja.
Namun meskipun begitu tetap saja dia terkena cakaran ular merah itu.
Cakar ular merah itu seperti besi panas yang membara dan punggungnya langsung melepuh seperti terkena semburan api panas.
Matt berteriak dan berguling ke sudut. Dia meronta beberapa kali namun tidak bisa bangun.
Melihat hal ini, Gino segera menghampiri dan berteriak, “Lindungi nona besar!”
Satu demi satu orang–orang dari keluarga Sulung segera mengeluarkan berbagai macam senjata untuk melawan ular
merah itu.
Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengeluarkan senjata api untuk menembaki ular merah tersebut.
Sayangnya, sisik ular merah itu sekuat baju besi.
Senjata api orang–orang ini sama sekali tidak bisa melukai ular merah itu.
Saat semua peluru itu mengenai sisikhya, mereka hanya melihat percikan api saja dan itu sama sekali tidak bisa melukai ular merah tersebut.
Lalu ular merah tersebut segera bergegas menyerbu sekelompok orang itu dan mengamuk.
Tidak lama kemudian, sebagian besar anggota keluarga Sulung ada yang terbunuh dan terluka.
Di bawah serangan ular merah itu, semua anggota keluarga Sulung tampak seperti sekelompok semut yang tak mampu melawannya.
Comments
The readers' comments on the novel: Menantu Dewa Obat